Senin, 08 Februari 2010

HARUSKAH GURU MAIN PUKUL?

Akhir-akhir ini kita sering mendengar kabar yang kurang enak berkenaan dengan KDDP (Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan). Baik kekerasan yang dilakukan oleh siswa dengan siswa maupun kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya. Yang lebih memprihatinkan adalah kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya. Di beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik diungkapkan bahwa masih ada beberapa oknum guru yang terlibat kasus kekerasan terhadap siswanya. Seperti yang dimuat di harian Suara Merdeka, 8 Nopember2009 yang memberitakan seorang guru”menghajar” siswinya hingga muntah-muntah. Saya yakin guru tersebut melakukan hal yang demikian tentu ada alasan yang kuat. Namun demikian apapun alasannya hendaknya seorang guru dalam memberi sanksi terhadap siswa-siswinya yang dianggap melanggar tidak harus dengan main pukul. Apalagi hal tersebut dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Kendalikan Diri

Guru juga manusia, yang tidak bisa lepas dari salah dan lupa. Yang juga punya perasaan dan emosi. Guru merupakan pekerjaan mulia sekaligus pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi. Pekerjaan guru sangat berbeda dengan pekerjaan kantoran. Para pekerja kantoran setiap harinya lebih banyak berhadapan dengan benda mati ketimbang dengan manusia. Lain halnya dengan seorang guru. Setiap hari mereka dihadapkan dengan puluhan bahkan ratusan siswa yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda pula. Dengan perbedaan karakter yang beraneka ragam inilah yang mendasari para siswa juga memiliki watak yang berbeda. Tidak sedikit dari mereka yang karakternya sering berbenturan dengan peraturan sekolah termasuk berbenturan dengan karakter guru. Dalam menyikapi hal tersebut seorang guru dituntut untuk bisa mengendalikan emosinya agar tidak berbuah dalam bentuk kekerasan terhadap siswa.

Bersikap Menyenangkan

Seperti halnya siswa, guru juga memiliki watak dan karakter yang berbeda pula. Tidak mengherankan jika ada beberapa guru yang memiliki watak dan karakter yang keras, hingga watak dan karakter ini menimbul rasa menakutkan di mata siswa. Guru yang tidak mudah senyum saja bisa mendapat titel “Killer”, apalagi bagi guru yang “ringan tangan”. Tidak sedikit dari siswa yang tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Sehingga mereka wujudkan dengan sikap yang agak”berani” terhadap gurunya. Hal inilah yang akhirnya bisa menimbulkan benturan-benturan kecil antara guru dan siswa. Untuk menghindari hal tersebut, sudah sewajarnyalah bila seorang guru belajar untuk memiliki sikap yang menyenangkan di mata siswa-siswinya. Dengan sikap yang menyenangkanpun belum tentu seorang guru berhasil dalam membimbing siswa-siswinya, apalagi dengan sikap yang kurang menyenangkan.

Salah satu prinsip pelaksanaan Quantum Teaching adalah Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan/kegembiraan. “learning is most effective when it’s fun. ‘Kegembiraan’ disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) , dan nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik. Maka dari itu marilah kita ciptakan suana yang menyenangkan di sekolah terutama pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk meminimalisir terjadinya Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan. Pada dasarnya terjadinya kekerasan guru terhadap siswa bukan karena kesalahan guru saja atau siswa saja, tetapi ada ketidakharmonisan komunikasi antar keduanya. Wallahu‘alam bisowwab.

SELAMAT PAGI

ketika fajar mulai menyingsing, berbagai aktifitas telah dimulai, beribu-ribu nasib telah dipertaruhkan. Demi melangsungkan kehidupan. apapun yang akan terjadi di masa mendatang harus dipersiapkan sejak dini, sejak pagi, ayo persiapkan masa depan kita....selamt pagi semua..